Kemampuan dan intelegensi


PSIKOLOGI PENDIDIKAN


        Kemampuan dan intelligence


Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Terstruktur Yang Diwajibkan

Dalam Mengikuti Perkuliahan PSIKOLOGI PENDIDIKAN


Oleh,


KELOMPOK : 6

1. ANNISA SHOFANA (0310183141)
2. MUHAJIR SYARIF LUBIS (0310182049)
3. SONIA IQLIMA (0310181007)
4. SINTIA ARISKA PUTRI (0310181039)
5. WIDYA SIREGAR (0310181023)





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA TAHUN 2019



KATA PENGANTAR

        Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT  karna atas segala kelimpahan rahmat , taufiq serta hidayahnya sehingga sampai saat ini kita bisa melaksanakan tugas dan segala rutinitas kita dengan penuh keberkahan dan kemudahan . Selanjutnya , makalah ini saya selesaikan untuk memenuhi  tugas yang telah di amanakah kepada saya pada mata kuliah psikologi pendidikan. Dan saya ucapkan banyak terimakasih kepada dosen mata kuliah psikologi pendidikan yang telah mengamanahkan serta mempercayai saya untuk menyelesaikan tugas ini. Dalam penulisan makalah ini saya menyadari bahwa penulisan serta penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saya megharapkan  keritikan serta saran dari para pendengar maupun pembaca makalah ini demi kelengkapan dan kesempurnaan makalah ini .
          Makalah ini tidak terlepas atas segala kekurangan dan kehilafan dalam penulisan dan penyusunan, saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pendengarnya serta dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kita semua .




                          DAFTAR ISI


  KATA PENGANTAR...........................i

 DAFTAR ISI.........................ii

 ABSTRAK......................iii

 BAB I 

 PENDAHULUAN...........1

 BAB II

 PEMBAHASASAN......2

      A. Kemampuan

   dasar manusia.............2


 B. Kognitif, Afektif 

 dan psikomotor..........4

      C. Intelegensi..........9

      D. Perkembangan 

 dan pengukuran

 intelegensi..............13

 BAB III

 PENUTUP....
..............18

     A. Kesimpulan......18

     B. Saran.................18

 DAFTAR PUSTAKA...19

 LAMPIRAN.............20




  
   ABSTRAK

      Intelegensi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh setiap insan. Intelegensi ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia, keberhasilan, dan kesuksesan. Namun tingkat intelegensi yang dimiliki setiap orang pastilah berbeda. Ini dikarenakan bahwa intelegensi seseorang memang tergantung pada faktor-faktor yang membentuk intelegensi itu sendiri.
       Namun perlu ditekankan bahwa intelegensi itu bukanlah IQ di mana kita sering salah tafsirkan. Sebenarnya intelegensi itu menurut “Claparde dan Stern” adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi dan kondisi baru. Berbagai macam tes telah dilakukan oleh para ahli untuk mengetahui tingkat intelegensi seseorang. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat intelegensi seseorang. Oleh karena itu banyak hal atau faktor yang harus kita perhatikan supaya intelegensi yang kita miliki bisa meningkat.


   

BAB I
PENDAHULUAN

  A. Latar Belakang.

Istilah belajar dan pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki keterkaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses pendidikan. Pembelajaran sesungguhnya merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar siswa belajar. Untuk itu, harus dipahami bagaimana siswa memperoleh pengetahuan dari kegiatan belajarnya.Jika guru dapat memahami proses pemerolehan pengetahuan, maka guru akan dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat bagi siswanya.Perbedaan antara belajar dan pembelajaran terletak pada penekanannya.
Pembahasan masalah belajar lebih menekankan pada bahasan tentang siswa dan proses yang menyertai dalam rangka perubahan tingkah lakunya. Adapun pembahasan mengenai pembelajaran lebih menekankan pada guru dengan segala proses yang menyertai untuk melakukan perubahan perilaku terhadap seseorang. Dengan kata lain belajar lebih menekankan bahasan tentang siswa, sedangkan pembelajaran lebih menekankan bahasan tentang guru.



BAB II
PEMBAHASAN

  A. Kemampuan dasar manusia.

Kemampuan dasar manusia sebagai ciptaan Allah SWT yang paling tinggi dan sempurna diantara mahluk lainnya ialah keberadaan sang akal, menjadi bagian terpenting dari sebuah sistem yang dirancang oleh sang kholik untuk memimpin di dunia ini .
Potensi dasar manusia yang biasa disebut dengan fitra dalam al-Qur’an tersebar pada 19 surat dan 19 ayat. Bentuk kata tersebut adalah kata fatara sebanyak 18 kali, kata fairu sebanyak 6 kali, kata yatafattarna sebanyak 2 kali, dan kata infatarat, futur, munfair, dan fitrah masing-masing satu kali.
Dari penyebutan simpul kata fitra ini hanya satu ayat yang menunjukkan bentuk fitrah secara jelas yaitu dalam Q.S. Ar-Rum (30): 30

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

 Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;  fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.  agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
 
      Setiap individu adalah hasil dari dua keturunan atau dua faktor utama yakni: hereditas dan lingkungan. Kedua faktor inilah yang sangat berarti mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Agar individu dapat di pelajari secara utuh, hal ini harus di lihat dari banyak faktor utama yakni:

   1. Hereditas bekerja dengan melalui sel-sel benih. Prinsip-prinsip reproduksi ini berarti, bahwa ciri-ciri atau krakteristik-krakteristk yang di pelajari oleh orang tua tidak di teruskan kepada anaknya.

2. Setiap jenis menghasilkan jenisnya sendiri. Prinsip konformitas ini berarti,bahwa setiap anggota jenis atau golongan ( species) mengikuti suatu pola umum.
3. Sel benih (germ-cell) mengandung banyak diterminant yang berkomunikasi dengan cara yang beraneka warna untuk menghasilkan perbedaan-perbedaan individual. Prinsip variasi ini berarti, bahwa anak-anak mungkin menyerupai dan mungkin pula tidak menyerupai dan mungkin pula tidak menyurupain orang tua mereka mengenai suatu sifat tertentu.
4. Anak ataupun keturunan cenderung untuk menuju kerata-rataan ( avarage) mengenai suatu sifat tertentu. Prinsip regresi filial ini turut pula menerangkan adanya variasi-variasi dari orang tua.
Dengan aturan-aturan prinsip di atas, maka seorang anak sekolah mempunyai latar belakang yang sangat kentara perbedaan antara satu anak dengan anak lainnya, khususnya bila di lihat dari faktor hereditas yang sangat kompleks.
Pada konsep lainnya di ketahui bahwa pendidikan dan pengajaran adalah upaya membina perilaku anak dengan cara interaksi antara individu dengan lingkungannya. Beberapa faktor yang turut mempengaruhi interaksi ini adalah sebagai berikut:
1. Kesiapan (readines) yaitu kapasiti baik fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu.
2. Motivasi yaitu dorongan dari dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu.
3. Tujuan yang ingin di capai.
Perbedaan tingkah laku penting pada proses interaksi tersebut semakin lama semakin kompleks sesuai dengan keadaan yang di hadapi maupun yang di alami oleh ank itu sendiri. Tujuh utama tingkah laku penting yang harus di ketahui untuk kepentingan proses belajar mengajar sebagai berikut:

1. Motivasi
2. Perhatian
3. Ingatan
4. Fantasi
5. Berfikir
6. Perasaan
7. Bakat
Tentu banyak lagi kemampuan-kemampuan lain yang sangat besar artinya bagi proses pembelajaran.

   B. Kognitif, Afektif dan Psikomotor
Tujuan pendidikan atau tujuan instruksional telah lama dirumuskan oleh para ahli rancangan pembelajaran. Dalam perkembangannya mereka banyak memperoleh keberhasilan-keberhasilan baik dalam bidang item yang akan diukur serta metode pengukuran itu sendiri. Binyamin S. Bloom bersama rekan-rekannya adalah di anggap orang pertama yang mempelopori penemuan klarifikasi tujuan instruksional (educational objectives). Pada tahun 1956 terbitlah karya "Taxonomy of Eduational Objectives Cognitives, Affective Domain". Kelompok ini pada akhirnya tidak berhasil menyusun rana psikomotor yang kemudian dilakukan oleh E. Simpson pada tahun 1967 dan A. Harrow pada tahun 1972 (W.S. Winkel, 1987:149).
Berikut ini akan dijabarkan ketiga rana tersebut sebagai pembahasan utama, namun harus didasari ketiga itu tetapi memiliki keterkaitan dan kesatuan yang utuh sebagai pengklasifikasian tujuan intruksional.

   1. Rana Kognitif
    
        Rana ini bertujuan pada orientasi kemampuan “berfikir” mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu “mengingat” sampai pada satu kemampuan untuk memecahkan masalah. Pengertian kognitif dalam hal ini dibatasi sebagai satu hal yang memiliki delapan lapangan seperti kutipan berikut:
 Modern cognitive psychoogy freely draws theories and techiques from eight principal areas of resarch perception, arrentions, memory, imagery, language, functions, developmental psychology, thingking anda problem solving, and artifical intelegence. (Robert L. Solso: 1979,4).
  Sementara itu pembagian ranah kognitif dalam hal ini oleh Binyamin S. Bloom sendiri dipecah menjadi enam bagian utama seperti kutipan dari buku aslinya sebagai berikut:
   a. Knowladge
   b. Comprehension
   c. Application
   e. Analysis
   d. Synthesis
 f. Evaluation (Binyamin S. Bloom: 1956,18)

Dalam pemetaan kognitif, pembagian ranah penting untuk kepentingan pengukuran instruksional. Artinya seorang perancang pengajaran akan memanfaatkan kata kerja operasional sebagai acuan mengevaluasi proses pembelajaran. Berikut ini akan ditabelkan pemetaan kata kerja operasional tersebut:

Tabel 4
Pemetaan Rana Kognitif
No
Tingkatan Rana
Kata Kerja Operasional

01

Pengetahuan / Pengenalan
- Mengidentifikasi
- Memilih
- Menyebutkan nama
- Membuan daftar


02

Pemahaman
- Membedakan
- Menjelaskan
- Menyimpulkan
- Memperkirakan


03

Penerapan
- Menghitung
- Mengembangkan
- Menggunakan
- Memodifikasi


04

Analisis
- Membuat diagram
- Membedakan
- Menghubungkan
- Menjabarkan

05

Sintesis
- Menciptakan
- Mendisain
- Memformulasikan
- Membuat prediksi

06

Evaluasi
- Membuat kritik
- Membuat penilaian
- Membandingkan
- Membuat evaluasi


  2. Rana Afektif
Taksonomi ini lebih dikenal pada rana yang berorientasi pada rasa atau kesadaran. Banyak dikalangan para ahli menginterpretasikan rana afektif menjadi sikap, nilai sikap yang di artikan tentu akan berpengaruh terhadap penyusunan tujuan intruksional yang akan ditetapkan dalam tujuan pembelajaran.
Adapun ciri dari organisasi rana afektif ini adalah lebih mengorientasikan pada nilai-nilai, norma-norma untuk diinternalisasikan dalam sistem kerja pribadi seseorang dalam pemetaannya afektif untuk kepentingan tujuan intruksional maka kata kerja operasional yang disusun dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5
                 Pemetaan Rana Afektif  
  
No
Tingkatan Rana
Kata Kerja Operasional

01

Pengenalan / Penerimaan
- Mendengarkan
- Menghadiri
- Melihat
- Memperhatikan

02

Pemberian respon
- Mengikuti
- Mendiskusikan
- Berlatihp
- Berpartisipasi
- Memenuh

03

Penghargaan terhadap nilai
- Memilih
- Menyakinkan
- Bertindak
- Mengemukakan argumen

04

Pengorganisasian
- Memilih
- Memutuskan
- Memformulasikan
- Membandingkan
- Membuat sistematis

05

Pengalaman
- Menunjukkan sikap
- Menolak
- Mendemonstrasikan
- Menghindari

 3. Rana Psikomotor
Yang termasuk dalam rana psikomotor ini adalah kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan kegiatan fisik. Jadi tekanan kemampuan yang menyangkut penggunaan anggota tubuh dan gerak. Penguasaan kemampuan ini meliputi gerakan anggota tubuh yang memerlukan koordinasi syarat otot yang sederhana dan bersifat kasar menuju gerakan tyang menurut koordinasi syarat otot yang lebih kompleks dan bersifat lancar.
Dalam kepentingan pendidikan maka penyusunan rana ini dijabarkan dalam kategori kata kerja yang lebih kompleks artinya kata-kata yang dapat dipergunakan untuk tujuan intruksional seperti tampak pada tabel berikut.
Tabel 6
Pemetaan Rana Psikomotor
No
Tingkatan Rana
Kata Kerja Operasional
01


Meniru
- Mengulangi
- Mengikuti
- Memegang
- Menggambar
- Mengucapkan
02
Manipulasi
- Kerjasama
- Kemampuan meniru

03

Ketetapan gerakan
- Dengan tepat
- Dengan lancar
- Tanpa kesalahan


04


Artikulasi
- Selaras
- Terkoordinasi
- Stabil
- Lancar

05

Naturaliasi
- Dengan otomatis
- Dengan sempurna
- Dengan lancar


 C. INTELEGENSI
A. Pengertian intelegensi
Menurut david Wechsler, intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berfikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif.  Menurut William stern intelegensi adalah senganggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru dengan dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuan. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berfikir secara rasional. Oleh karena itu, intelegensi tidak dapat diamati secra langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berfikir rasional itu. Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa sesuhngguhnya yang dimaksud dengan intelegensi adalah kemampuan berfikir secara rasional. Jadi, bukan tingginya nilai akademik yang menentukan keputusan bahwa seseorang itu tinggi dalam intelegensi melainkan kecakapan seseorang dalam melakukan berbagai hal serta kemampuannya berfikir secara rasional itulah yang sebelumnya menentukan .
B. Kecerdasan-kecerdasan yang termasuk intelegensi
Dr. Howard Gardner mengusukjan dalam bukunya,  Frames of Mind : The Theory of Multiple intelligences (1983), bahwaa kecerdasan memiliki tujuh komponen. Diantaranya:
a. Kecerdasan Linguistic-verbal
Kecerdasan ini mengacu pada kemampuan untuk menyusun pikiran yang jelas dan mampu menggunkan kemampuan ini secara komponen melalui kata-kata unruk mengungkapkan pikiran-pikiran ini dalam berbicara, membaca, dan menulis. Mereka membawakan dirinya denagan baik secara verbal dan kelihatannya selalu mengetahui hal yang tepat untuk dikatakan. Kecerdasan ini sangat dihargai dalam dunia modern karena orang-orang cenderung untuk menilai orang lain dari cara bicara dan menulis. Kemampuan berbicara merupakan salah satu aspek paling penting yang digunakan ketika seseorang sedang mebentuk kesan pertama. Pentingnya mengembangkan kecerdasan linguistic-verbal antara lain :
· Meningkatkan kemampuan membaca
· Meningkatkan keterampilan menulis
· Membangun pembawaan diri dan keterampilan linguistic umum.
· Meningkatkan keterampilan mendengarkan
Kegiatan untuk meningkatkan kecerdasan verbal
· Memberi kesempatan bercakap-cakap
· Meningkatkan minat baca
· Memperdengarkan music
· Bermain pernainan kata
b. Kecerdasan matemais-logis
Kecerdasan matematis logis adalah kemampuan untuk menangani bilangan dan perhitungan,pola dan pemikiran logis dan ilmiah.hubungan matematika dan ligika adalah bahwa keduanya sangat ketat mengikuti hukum dasar. Seseorang yang cerdas secara matematis sering tertarik dengan bilanngan dan pola. Selain itu, orang yang terampil dalam matematika cepa memahami konsep dan waktu, menjelaskan konsep-konsep secara logis atau menyimpulkan informasi menggunakan matematika.
c. Kecerdasan visual-spesial
Kecerdasan visual-spesial adalah kecerdasan yang dimiliki oleh arsitek, insinyur mesin, seniman, fotografer, pilot, navigator, pemahat dan penemu.
d. Ritmik-musikal
Kecerdasan ritmik-musikal aalah kemampuan untuk menyiapkan nada dalam benak seseorang, untuk mengingat irama itu dan secaa emosional terpengaruh oleh music.
e. Kecerdasan karakteristik
  Kecerdasan karakteristik adalah kecerdasan yang memungkinkan manusia untuk membangun hubungan yang penting antara pikiran dan tubuh.
     Dengan demikian memungkinkan tubuh untuk manipulasi objek dan menciptkan gerakan. Bagian dari perkembangan fisik kita mungkin karena pengaruh gen, sementara banyak juga yang berasal dari hasil pembinaan perkembangan fisik selama tahun-tahun masa kecil. Orang tua yang memberikan kepada anak-anak mereka pembinaan yang cukup selama perkembangan fisik dapat dikatakan telah meletakkan dasar yang kuat bagi kecerdasan tubuh yang baik. Kecerdasan fisik adalah kemampuan menggunakan dengan baik pikiran dan tubuh secara serempak untuk mencapai segala tujuan yang diinginkan. Ini serupa dengan keterampilan yang merujuk pada sebagai keterampilan psikomotor yang menggabungkan interprestasi mental dan tanggapan fisik.
f. Kecerdasan interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk berhubungan dengan orang-orang sekitar. Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk memahami dan memikirkan perasaan, tempramen, suasana hati, maksud dan keinginan orang lain dan menanggapinya secar layak. Kecerdasan inilah yang memungkinkan kita untuk membangun kedekatan, pengaruh, pimpinan, dan membangun hubungan dengan masyarakat. Kecerdasan ini perlu dikembangkan melalui pembinaan dan pengajaran sama seperti kecerdasan lainnya.
g. Kecerdasan intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan mengenai diri sendiri. Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk memahami diri sendiri dan bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri. Orang-orang yang berkecerdasan intrapersonal tinggi cenderung menjadi pemikir yang tercermin pada apa yang mereka lakukan dan terus-menerus membuat penilaian diri. Mereka selalu bersentuhan dengan pemikiran, gagasan, dan impian mereka dan mereka juga memiliki kemampuan untuk mengarahkan wmosi mereka sendiri sedemikian rupa untuk memperkaya dan membimbing kehidupan mereka sendiri.

C. Tingkah Laku Intelegensi
Pernyataan dan aktivitas manusia yang dengannya dapat diketahui, diukur, dan ditentukan apa dan bagaimana keadaan intelegensi. Intelegensi sebagai suatu aktivitas kegiatan untuk memecahka problem yang demikian nyata, dengan cirri-ciri sebagai berikut :
a.   Problem itu harus tergolong sulit
b. Problem itu mengalami perumitan atau kompleks
c. Problem itu melakukan gaya pengabstraksi
d. Tingkah laku untuk melaksanakan pemecahan problem itu harus cepat
e. Tingkah laku dalam melaksakan pemecahan problem sadar tertuju kepada tujuan tertentu
f. Problem itu memiliki nilai sosial
g. Cara yang digunakan dalam pemecahan problem itu orisional atau asli, yaitu penemuan sendiri

Sampai disini jelas bahwa intelegensi adalah bersifat abstrak, namun dapat dilihat dan dipahami tingkah laku manusia menunjukkan adanya usaha atau aktivitas seperti memecahkan masalah yang masalah tersebut memiliki karakteristik tersendiri.


      D.  PERKEMBANGAN DAN PENGUKURAN INTELEGENSI


       Alfared Binet pada tahun 1857-1911 bersama Theodore Simon mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan dan kemampuan untuk mengeritik diri sendiri atau melakukan autocritism pada tahun 1916 Lewis Madison mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan seorang untuk berfikir abstrak. Tahun 1941, George D. Stoddard menyebut intelegensi sebagai bentuk kemampuan untuk memahami masalah-masalah bercirikan : Mengandung kesukaran Kompleks yaitumengandung bermacam jenis tugas yang harus diatasi dengan baik dalam arti bahwa induvidu yang intiligen mampu menyerap mampu menyerap kemampuan baru dan memadukannya. Abstrak, yaitu mengandung simbol-simbol yang memerlukan analisis dan interprestasi Ekonomis, yaitu dapat diselesaikan dengan menggunakan proses mental yang efisien dari segi penggunaan waktu Diarahkan pada satu tujuan, yaitu bukan dilakukan tanpa maksud melainkan mengikuti sesuatu arah atau target yang jelas Mempunyai nilai sosial yaitu cara dan hasil pemecahan masalah yang dapat diterima oleh nilai dan norma sosial dan berasal dari sumbernya yaitu pola fikir yang membangkitkan kreativitas untuk menciptakan sesuatu yang baru. Definisi lain tentang intelgensi dikemukan Weschler tahun 1965 sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertent, berfikir secara rasional, serta menghadapi lingkungan dengan efektif. Tahun 1986 Weschler dan Gardner mendefinisikan intelegensi sebagai sesuatu kemampuan atau serangkai kemampuan yang memungkinkan induvidu memecahkan masalah atau produk sebagai konsekuensinya suatu budaya tertentu. Tinggi rendahnya tingkat intelagensi dinyatakan dengan menterjemahkan hasil tes intelegensi ke dalam angka yang dapat menjadi petunjuk mengenai kedudukan tingkat kecerdasan seseorang dibandingkan secara relatif terhadap suatu norma. Angka NORMATIF tes intelegensi dinyatakan dalam bentuk rasio (quotient) dan dinami dengan intelegence quotient (IQ).
      Istilah intelegensi diperkenalkan sejak tahun 1912 oleh Wiliam Stera (Jerman),kemudian tahun 1916 oleh Lewis Madison dan sejak saat itu IQ resmi digunakan dengan baik.Normalitasa dan eksepsional mengacu kepada keriteria-keriteria stastik dan ditentukan oleh batas-batas penyimpanan hasil-hasil tes intelegensi induvidu dari suatu norma. Beberapa ciri yang dimiliki oleh induvidual yang sangat tinggi atau superior perdasarkan peneliti Welf dan Steven 1982 yaitu : berminat membaca geograf, punya kecendrungan ilmia, punya penataran abstrak yang baik. Karertiritis induvidu yang digolongkan gifted secara akademis adalah Kemampuan untuk belajar tinggi kekuatan dan kepekaan pikiran keinginan tahu dan dorongan
  Kreativitas individu yang tergolong reterdasi yaitu : Borderline (IQ 68-83)
  Kekurangan individu pada golongan ini pada umumnya tempat pada proses belajar lisan dan tidak ada performansi motorik. Retardasi Mental ringan klarisifikasi ini diberikan pada orang dewasa dengan tingkat intelektual secara dengan usia 8-11 tahun. Raterdasi mental menengah (IQ 36-51) Intelektualnya tidak berkembang melebihi tingkat berusia 4-7 tahun. Mereka mengalami kesulitan dalam mempelajari sesuatu baik mempelajari kecakapan dasar maupun keterampilan khusus.
   Reterdasi mental berat (IQ 20-35).
      Hidup mereka sangat bergantung pada orang lain.
 Reterdasi mental parah (IQ Dibawah 20). Mempunyai kemampuan sangat terbatas dalam menyesuaikan diri dan tdak mampu untuk dilatih melekukan hal-hal yang sangat sederhana.
       Skala yang digunakan pada tes intelegensi adalah interval, berbeda dengan pengukuran tinggi padan yang digunakan skala rotis. sehingga tidak diketahui titik nol mutlaknya. Pada pengetesan intelegensi individu dikelompokkan atu dikenakan rangking atas dasar nilai yang diperolehnya dari pengetesan tersebut. Sehingga nilai yang diperolehnya hingga menunjukan kedudukan relati terhadap individu lainnya atau terhadap kelompok pembandingan. Tetapi besarnya setua IQ yang sesungguhnya tidak diketahui. Satuan nilai IQ juga tidak sama, artinya peredaan nilai 100 dan 120 tidak sama denga perbedaan nilai antara 50 dan 70. Nilai IQ 100 hanya dibuat atas pertimbagan praktis dan diambil dari nilai rata-rata sampai individu yang seusianya.
        Kemudian dalam memahami hasil tes intelegensi perlu di perhatkan kewajaran, Karena dari sejumlah populasi sebuah individu yang memiliki IQ tinggi dan rendah mengacu kepada kurva norma. Kondisi lain yang perlu diperhatikan dalam menggunakan hasil tes intelegensi adalah dalam menafsirkan nilai IQ yang kurang. Hal ini harus dilakukan sangat hati-hati.karena bnyak factor yang membuat hasil ini kurang. Sehingga peluang dalam untuk hasil ini salah sangat besar. Hasil yang kurang baik ini, dapat saja terjadi bukan karna IQ individu kurang melainkan karena beberapa factor, seperti salah paham akan intruksi yang diberikan sehingga soal yang dikerjakan salah.
       Pemahaman tentang multi kecerdasan ini sering dihubungkan dengan bakat. Seseorang yang potensi bakat misalnya pada music den lebih peka terhadap stimulasi yang diberikan melalui irama. Penggunaan multi kecerdasan ini dalam pelajaran memberikan pendapat positif tntang kecerdasan peserta didik. Semua orang memiliki kecerdasan tinggi.

   E.  Inteligensi dan Pembelajaran

Inteligensi yaitu kemampuan mengaplikasikan secara fleksibel pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh untuk mengahadapi tugas-tugas baru yang lebih menantang. Individu dikatakan berprilaku inteligensi adalah apabila seseorang yang melakukan sesuatu secara efektif dengan bantuan minimal atau bahkan tanpa bantuan sama sekali dari orang lain disekitar mereka.
Pemahaman guru terhadap tingkat inteligensi atau kecerdasan individu sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan proses pembelajaran di sekolah. Hal ini disebabkan perbedaan individu masing-masing siswa dengan lainnya juga dapat terjadi pada tingkat kecerdasan atau inteligensi yang mereka miliki. Siswa dalam satu kelas sangat dimungkinkan terdiri dari siswa dengan tingkat kecerdasan sangat tinggi, kecerdasan tinggi, rata-rata, bahkan di bawah rata-rata. Oleh sebab itu, guru harus mampu menyesuaikan metode dan model penyampaian materi pelajaran dengan kondisi siswa.
Hasil penelitian yang dikutip oleh Sri Rumini dkk. (2006; 61), tentang kecerdasan menjelaskan bahwa diperkirakan 25% hasil belajar individu dipengaruhi oleh kecerdasan. Atas dasar temuan tersebut, agar prestasi belajar siswa dengan tingkat inteligensi menjadi lebih baik, proses pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi terutama kondisi dan tingkat kecerdasan individu. Misalnya, penyampaian kalimat-kalimat dalam buku disederhanakan, siswa melihat bendanya sebagai media pembelajaran secara konkret, demonstrasi yang dilakukan harus jelas dan mendekati kenyataan, materi pelajaran harus diulang-ulang, serta bimbingan belajar harus dilakukan secara intensif. Namun demikian, metode pembelajaran seperti ini akan sangat membosankan bagi siswa dengan tingkat kecerdasan diatas 120.
Jika siswa mengalami tingkat intelegensi yang rendah, siswa tidak dapat mencerna pelajaran dengan baik, dia akan mendapatkan kesulitan dalam belajarnya. Adapun makna dari kesulitan belajar itu sendiri, yaitu anak-anak ataupun remaja yang mengalami kesulitan belajar (learning disability) memiliki intelegensi normal atau diatas rata-rata namun mengalami kesulitan setidaknya satu mata pelajaran, biasanya beberapa bidang akademis, dan kesulitan mereka tidak dapat dijelaskan oleh masalah atau gangguan lain sesuai hasil diagnosis, seperti retardasi mental. Konsep umum dalam kesulitan belajar meliputi masalah dalam mendengarkan, konsentrasi, berbicara, dan berfikir. Berdasarkan ketentuan remaja tidak dinyatakan mengalami masalah akademis.
Dan dari kesulitan belajar inilah maka akan terjadi kejenuhan dalam belajar. Kejenuhan dapat diartikan padat atau jenuh sehingga tidak mampu lagi memuat apapun. Dan jenuh dapat diartikan dengan bosan. Kejenuhan belajar adalah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak membuahkan hasil. Seorang siswa yang mengalami kejenuhan belajar merasa seakan-akan pengetahuan yang diperoleh dan kecakapan yang diperoleh tidak ada kemajuan. Seorang siswa yang sedang mengalami kejenuhan ini sistem akalnya tidak akan bekerja dengan baik seperti sebagaimana yang diharapkan. Kejenuhan belajar dapat melanda siswa apabila ia telah kehilangan motivasi dan kehilangan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum siswa sampai pada tingkat keterampilan berikutnya.


BAB III
PENUTUP

  Kesimpulan

   Setiap individu adalah hasil dari dua keturunan atau duaketurunan atau dua faktor utama yakni : hereditas dan lingkungan. Kedua Faktor inilah yang sangat berarti mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

   Saran

  Sebagai pemakalah kami berharap dapat menjadi wacana bagi pembelajaran terhadap murid yang di ajarkan.

    
                     DAFTAR PUSTAKA

  Ivan Taniputera, Psikologi Kepribadia : Psikologi Barat Versuse Buddhisme, (Jogjakarta:Ar Ruzz, 2003 ) Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam.(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2004)
 Dr. Mardianto. Psikologi Pendidikan. (Medan: Perdana publishing,2012)
 Drs. Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2008)
 Faizah, Ulifa, dan Yuliezar P, Psikologi Pendidikan Aplikasi Teori di Indonesia, UB Press, Malang: 2017

   

                              LAMPIRAN



   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Critical Jurnal Review I

Cara menghitung tinggi badan

Acara Seminar Paripurna Psikologi Pendidikan Untuk Pembelajaran Biologi Bersama Mr. Mardianto